“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi-mu pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah yang bersyukur. Dan Dialah yang menciptakan serta meramaikan kamu di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpunkan. Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Apakah kamu tidak berfikir tentangnya?” (Surah Al-Mukminun ayat 78-80)
IImam Malik pernah ditanya oleh khalifah Harun Ar-Rasyid tentang bukti wujudnya Allah, dan beliau menjawab: “Buktinya ialah, setiap manusia telah dikaruniai mulut dan lidah yang lebih kurang sama kejadiannya, tetapi bahasa, suara dan intonasi setiap orang dari mereka adalah berbeda.”
Imam Abu Hanifah pernah ditanya oleh sekumpulan manusia tentang bukti wujudnya Rabb Yang Maha Pencipta, dan beliau menjawab: “Aku sedang berfikir tentang sebuah kapal di laut yang sarat dengan muatan dan barang dagangan tetapi uniknya kapal ini tidak ada nakhoda dan anak buah kapal. Ia belayar ke sana ke mari dan menyelesaikan masalah dengan sendirinya”.
Mereka yang mendengar perkataan Imam Abu Hanifah ini terus berkata: “Ini adalah satu kisah gila yang tidak masuk akal”. Imam Abu Hanifah terus menjawab: “Kamu menganggap orang yang mengatakan kapal bisa belayar dengan sendirinya adalah seorang yang gila. Bagaimana pula dengan golongan yang mengatakan, alam ini yang begitu halus dan tersusun kejadiannya, terjadi dengan sendirinya tanpa Pencipta dan Pengurus?”
Golongan yang menemui Imam Abu Hanifah itu terus tertegun dan akhirnya mengucap dua kalimah syahadah.
Imam Syafie pula ketika ditanya tentang dalil wujudnya Allah telah berkata: “Lihatlah daun murbei ini. Apabila dimakan oleh ulat, ia mengeluarkan sutera. Apabila dimakan oleh lebah, ia mengeluarkan madu. Apabila dimakan oleh binatang ternak, ia mengeluarkan najis. Apabila dimakan oleh rusa, ia mengeluarkan kasturi. Bagaimana semua ini bisa terjadi sedangkan daun yang dimakan adalah sama jenisnya?”
Di dalam kitab Tafsir Al-Quran Al-Adzim, Imam Ibn Katsir berkata: “Sebagian ulama berpendapat, siapa yang mengamati langit yang luas dengan bintang-bintang, bulan dan matahari yang beredar di atas porosnya tanpa henti, kemudian memperhatikan laut yang mengelilingi tanah daratan, kemudian memperhatikan bumi serta gunung-gunung yang terpancang di atasnya, kemudian memperhatikan sungai yang mengalir... di samping berbagai jenis hewan serta tumbuh-tumbuhan, akan memperoleh bukti tentang kewujudan Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Agung dan Maha Bijaksana”
Begitulah kepentingan akal sebagai alat untuk mengenali Allah. Walau bagaimanapun, di samping akal, dalil-dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah adalah penting untuk mengenali Allah secara sahih.
Mutiara Amaly – Penyejuk Jiwa Penyubur Iman
0 comments:
Post a Comment